Pasukan Quds

Quds Force , yang juga dieja Qods Force , juga disebut Jerusalem Force , sayap rahsia elit Kor Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), bertanggung jawab terutama untuk operasi asingnya. Diatur tidak lama setelah Revolusi Iran (1978–79), kegiatannya berpusat pada pengorganisasian, pendukung, dan kadang-kadang memimpin pasukan lokal di luar negeri dengan cara yang menguntungkan kepentingan IRGC dan pendirian ulama Iran.

Bendera Kor Pengawal Revolusi Islam (IRGC)

Kegiatan pertama kontinjen sebagai unit yang berbeda muncul pada tahun 1982, ketika terlibat dalam perang saudara Lebanon setelah pencerobohan Israel ke negara itu. Ini membantu dalam organisasi Hizbullah, sebuah milisi Shiʿi yang didirikan pada tahun yang sama untuk menangkis pencerobohan Israel, dan tetap menjadi sekutu dan penaja kumpulan militan itu walaupun setelah perang saudara berakhir pada tahun 1990. Pada tahun 1990-an ia mengalihkan perhatian Perbatasan timur Iran dan memberikan sokongan kepada Perikatan Utara di Afghanistan untuk menentang Taliban yang baru muncul.

Unit ini menjadi semakin kelihatan di pentas dunia pada abad ke-21, setelah pencerobohan AS ke Iraq pada tahun 2003 dan ketidakstabilan wilayah yang mengikuti musim semi Arab. Di Iraq, ia memainkan peranan penting dalam mengatur dan membantu usaha di kalangan milisi Shi againsti terhadap pasukan AS, berkoordinasi dengan Organisasi Badar. Ketika pemberontakan 2011 di Syria berubah menjadi perang saudara, Pasukan Quds membantu Presiden Syria, Bashar al-Assad, yang rezimnya adalah sekutu yang tidak ternilai. Di Yaman ia menyokong Houthi, yang pemberontakannya terhadap pemerintah pusat diperkuat setelah pemberontakan Yaman 2011–12. Ia juga berperan penting dalam mengatur kekuatan darat melawan Negara Islam di Iraq dan Levant (ISIL; juga dikenal sebagai Negara Islam di Iraq dan Syria [ISIS]).Pengaruhnya yang berterusan dalam urusan dalaman Iraq menjadi sasaran protes rakyat, namun, setelah komandan Pasukan Quds, Qassem Soleimani, campur tangan pada bulan Oktober 2019 untuk mencegah penggulingan Perdana Menteri Iraq, Adel Abdul Mahdi.

Artikel ini baru-baru ini disemak dan dikemas kini oleh Adam Zeidan, Penolong Editor.